Sabtu, 23 April 2016
Kamis, 14 April 2016
Rabu, 13 April 2016
Selasa, 12 April 2016
UCAPAN SELAMAT & SUKSES
Mari warga Kelurahan Nambangan Lor
Sayuk sa Eko Projo .....
Bersatu dan Bergotong Royong untuk mewujudkan Lomba Green & Clean
Para Lansia RW. 8 dan RW. 9 Jl. Manyar Kel. Nambangan Lor Reuni di Monumen Kresek
KIM Srikandi, Keberadaan
Monumen Kresek di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun diharapkan dapat lebih hidup
lagi. Tidak sekedar menjadi jujukan untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila
setiap tahun saja. Tetapi juga menjadi destinasi sejarah bagi masyarakat luas
yang ingin lebih dalam mengetahui pesan-pesan sejarah yang ditorehkan di
Monumen ini.
Kabid. Pariwisata Dinas Koperasi
Perindustrian Perdagangan dan Pariwisata ( Dinkoperindagpar ) Kabupaten Madiun,
Isbani, tidak menampik kondisi Monumen Kresek setiap harinya cenderung sepi.
Geliat pengunjung baru terlihat banyak jika sudah mendekati peringatan Hari
Kesaktian Pancasila saja. Seperti halnya para Lansia dari Paguyuban Arisan
Sepanjang Jalan Manyar tak mau ketinggalan dengan semangat jalan-jalan sambil
menikmati keindahan alam menuju lokasi Monumen Bersejarah keganasan PKI saat
itu, tutur Abas Nurdin ketua paguyuban. Memang perlu terobosan baru agar
keberadaan Monumen Kresek itu bisa lebih representatif. Tidak lagi lesu seperti
selama ini.
Karena itu Dinkoperindagpar telah
merencanakan untuk pembangunan panggung di dalam areal Monumen Kresek. Bermodal
anggaran Rp. 120 juta dari Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) 2015 ini, panggung
itu akan dibangun permanen dengan luasan sekira 8 x 14 meter. “Panggung itu
nanti beralaskan paving dan dilengkapi dengan atap peneduhnya. Dibangun persis
di sebelah baart monumen,” tukasnya.
Setelah selesai terbangunnya,
panggung itu bakal dijadikan salah satu fasilitas penunjang. Terlebih jika di
kawasan monumen bersejarah digelar seremonial hiburan sewaktu-waktu. Untuk
momen-momen tertentu, panggung itu bisa dijadikan tempat menggelar event.
Seperti pagelaran musik ataupun diskusi. Sedangkan hariannya bisa menjadi
tempat berteduh. Jadi wisatawan yang datang ke depannya bisa merasa lebih
nyaman, imbuhnya.
Sudah lama Pemkab. Madiun ingin
memberikan sentuhan-sentuhan fisik di Monumen Kresek itu. Mengingat tinggal
destinasi pariwisata itulah yang kini masih murni dikelola pemkab. secara
keseluruhan. Sayangnya kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD) dari
Monumen yang menceritakansejarah kelam bangsa itu masih belum menunjukkan angka
signifikan. “Makanya ini mulai kami urusisedikit demi sedikit. Secara bertahap
pula mulai dilakukan pembangunan dan penyempurnaan. Semuanya tentu disesuaikan
dengan kekuatananggaran daerah yang ada, imbuhnya.
Warisan Leluhur : Produk Batik Nambangan Lor
KIM Srikandi, Batik Khas Kota Madiun semakin memiliki karakter
kuat. Seiring munculnya corak pada produk batik kreasi perajin setempat Sri
Murniati, misalnya sengaja motif pecel komplit karena Madiun terkenal dengan Sambel
Pecel. “Biar lebih dikenal masyarakat” ujar warga Jl. Halmahera itu, ( Jum’at,
2/10 ).
Sesuai
namanya MURNI – sapaan akrab Sri Murniati juga Perangkat Kelurahan Nambangan
Lor, Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, motif pecel komplit itu terdiri berbagai
corak lazimnya kuliner ikon Kota Madiun tersebut. Mulai dari cabai, kembang
turi, kacang panjang, kecambah, daun pepaya, kemangi hingga lempeng. “Memang
motih yang saya ambil Kulupan Pecel,”
tuturnya.
Saran
Pak Lurah Jemakir, kepada Bu. Murni yang juga perangkat Nambangan Lor terkenal
dengan Jeruk Nambangannya, Murni juga terinspirasi untuk menciptakan corak
batik Jeruk yang banyak tumbuh di Kelurahan Nambangan Lor itu dipadu dengan
Bunga Melati diberi nama SEGER ARUM, Seger
jeruknya Arum melatinya. Jeruk Nambangan juga khas kota Madiun, sedangkan
melati melambangkan keharuman, jelasnya.
Murni
menekuni kerajinan batik, sejak belasan tahun silam. Bahkan dia tidak hanya
memiliki galeri batik di rumahnya tapi juga telah mencetak generasi muda
penerus budaya mulai dari karangtaruna, PKK Kelurahan bahkan ke Ibu-ibu
Dasawiswa. Meski makin banyak jenis produk Fashion, batik buatannya tetap laris
manis. Bahkan mampu menembus pasar luar daerah. Sementara, dalam sehari dia
mampu menghasilkan 10 lembar batik dengan dasaran hitam dan 5 lembar dasaran
putih.
Satu
lembar batik berukuran 2,5 x 1,15 meter dibanderol dengan harga bervariasi,
mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung tingkat kesulitan
pengerjaanya. Yang bahannya dari kain sutra dengan warna alam harganya bisa
sempat 2,5 juta, ungkapnya.
Sementara,
bersamaan Hari Batik Nasional kemarin, Sanggar Batik yang dikelola Murni
didatangi sejumlah warga termasuk ibu-ibu PKK. Tak hanya melihat berbagai motif
batik, mereka sempat praktik langsung membuat produk yang oleh UNESCO
ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia itu.
Nguri-nguri Budaya Nambangan Lor dalam rangka Bersih Desa
KIM Srikandi, Sebelum Belanda datang ke tanah Jawa / Indonesia pada tahun 1602, Kota-kota di Jawa banyak terputus dengan dan derasnya aliran sungai karena hutan-hutan masih lebat. Apalagi daerah tlatah wonorejo ( Madiun ) ini. Kota Madiun pun zaman dulu juga terputus / terbelah jadi 2 (dua) oleh Bengawan Madiun.
Daerah atau tempat penyeberangan
pada zaman dulu adalah Desa Nambangan ini. Dan itu sudah sejak abad ke IV
hadirnya Kerajaan Medang Kulon dengan Raja Maha. Maka Raja Dewa Buda, cikal
bakal kerajaan-kerajaan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali. Sebagaimana pada abad
ke XIV ditemukan benda-benda bersejarah. Dan tempat yang sangat berjasa sebagai
sarana dan prasarana penghubung kerajaan-kerajaan ( Kadipaten-kadipaten ) Brang
Wetan dan Brang Kulon adalah Desa kita tercinta ini. Salah satu dari ribuan
orang yang pekerjaannya melayani penyeberangan dan barang dari barat bengawan
dan timur bengawan Madiun atau sebaliknya adalah Ki Ageng Budhug ( Mbahe tukang
Prahu / mbah Budug ) Di sekitar Nambangan menurut nenek moyang kita, kalau
menyeberangkan orang / barang dengan gethek ( bambau petung di ikat menjadi
satu ), dan kalau menambang pasir dengan biduk-biduk ( prahu lesung yang diberi
bambu untuk keseimbangan kiri dan kanan. Kota pecinan dan pasar Gedhe, pasirnya
seluruhnya dari pasir Bengawan Madiun ini yang ditambang melalui tempat ini (
Desa ini ).
Ada versi lain bahwa Mbah Budhug
atau Ki Ageng Budhug adalah Prajurit Mataram yang tak mau bersekongkol dengan
Belanda akhirnya terdampar di Desa ini, dan yang mengatakan, Beliau adalah
seseorang yang berpenyakit budhug (sejenis lepra) pada masa tuanya. Mungkin ada
cerita-cerita yang lain sekarang terserah anda kita setuju dengan pendapat ; a)
Tukang Biduk, b) Prajurit Mataram atau
c) Orang yang sakit budhug dan atau ketiga-tiganya benar.
Rumah Ki Ageng Budhug ada disebelah
timur Puskesmas Jalan Sriti, yang ada beringinnya. Pada saat istirahat habis
bekerja beliau menancapkan tongkatnya ke tanah. Tak tahu bagaimana ceritanya
beliau lalu meninggal dunia, karena tua dan anehnya tongkat yang ditancapkan ke
tanah mengeluarkan tunas dan hidup sampai sekarang. Tongkat yang setia menemani
dirinya sekarang menjadi pohon kenthos yang sangat besar dan rindang, tutur
Sampurno, ST Lurah ke 10 selaku penggali Budaya Jawa tentang sejarah tersebut.
Oleh karena itu berpesan kepada Bp.
Jemakir, SP Lurah Nambangan Lor dan LPMK Bp. Rusmoyo untuk Nguri-nguri Budaya
Adi Luhung, maka setiap tahun pada hari Jum’at Legi bulan suro selalu mengadakan
acara BERSIH DESO dengan “Tradisi Rebut Isi Jodang,” Dengan demikian setiap
Suro mimilih Ketua secara musyawarah antara Tokoh masyarakat, Perangkat dan
Sesepuh Pinisepuh setempat, untuk mengadakan kegiatan : Kerja Bhakti masal,
Pengajian Umum, Wungon, Selamatan, Tilik Kampung, Nyadran dan Sedekah Bumi
sekaligus Larung Sesaji di bengawan Madiun,” tutur Toni Widodo, M.Pd. Beliau
juga menuturkan kepada masyarakat jangan salah mengartikan antara Budaya dengan
Agama, juga tak mau ketinggalan tanggal 15 Nopember 2015 Pawai Budaya. Maka
pada bulan Syuro 1949 Saka / Tahun Baru Hijriah 1437 ini, leluhur telah
mengingatkan kepada kita kepada para putra desanya ( putra daerahnya ), untuk
tidak melupakan sejarah. Semoga dengan acara Gelar Budaya Jawa “ Bersih deso”
ini. A). Para leluhur / pendahulu kita (yang babad desa ini) diampuni segala
dosa dan kesalahannya, diterima semua amal ibadahnya, serta diberikan tempat
yang layak baik disisi-Nya. B). Kita yang sekarang tinggal di Desa ini
dijauhkan dari segala balak ( Bahaya dan Malapetaka serta penyakit ), di
berkati dengan kelimpahan rejeki, diberikan rasa aman, tentram, nyaman serta
damai sejahtera sepanjang hidup, Amien.. amien.. amien yaa robbal alamin.
Langganan:
Postingan (Atom)